Pakar Soroti Kejanggalan Teknis di Balik Jatuhnya Pesawat Air India Boeing 787
Ahmedabad, India | 13 Juni 2025 — Pakar Soroti Kejanggalan Teknis Penyelidikan terhadap tragedi jatuhnya pesawat Air India dengan nomor penerbangan AI171 mulai menunjukkan arah awal. Fokus utama kini tertuju pada fase kritis usai lepas landas, ketika pesawat mengalami kesulitan untuk mencapai ketinggian yang aman sebelum akhirnya jatuh dan menewaskan 241 dari total 242 orang di dalamnya.
Pakar Soroti Kejanggalan Teknis
Pesawat Boeing 787 Dreamliner tersebut lepas landas dari Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel di Ahmedabad, Gujarat, pada Kamis (12/6). Namun hanya dalam hitungan menit, pesawat dilaporkan kehilangan ketinggian secara drastis sebelum jatuh dan terbakar di area permukiman.
Fokus Penyelidikan: Roda Pendaratan Tak Tertarik dan Kehilangan Tenaga
Analis penerbangan menilai bahwa penyebab utama kegagalan terletak pada ketidakmampuan pesawat untuk menarik roda pendaratan—suatu kejanggalan yang dianggap serius dalam fase pendakian. Dalam situasi normal, roda pendaratan ditarik tak lama setelah pesawat lepas landas, umumnya pada ketinggian 30 hingga 50 kaki. Namun, rekaman yang beredar menunjukkan bahwa roda pesawat tetap dalam posisi turun hingga mencapai ketinggian sekitar 600 kaki.
“Ini indikasi awal adanya kerusakan sistem hidrolik atau gangguan tenaga pada salah satu mesin,” ujar Ehsan Khalid, mantan pilot yang kini menjadi konsultan penerbangan. Ia menambahkan bahwa kegagalan menarik roda pendaratan dapat memperbesar hambatan udara dan menghambat pendakian, terlebih jika terjadi bersamaan dengan kegagalan sistem lain.
Panggilan Darurat dan Indikasi Masalah Serius di Kokpit
Informasi dari otoritas keselamatan penerbangan menyebut bahwa awak pesawat sempat mengirimkan sinyal darurat, menandakan bahwa kru menyadari ada masalah serius tak lama setelah take off. “Adanya panggilan darurat menandakan bahwa mereka mencoba merespons situasi darurat secara aktif,” tambah Khalid.
Rekaman video amatir dari warga sekitar menunjukkan pesawat tampak oleng dan tidak stabil sebelum menghantam tanah. Sementara itu, Alex Macheras, analis penerbangan yang berbasis di Eropa, menggarisbawahi bahwa fase lepas landas dan pendaratan adalah bagian paling menegangkan dari penerbangan karena memerlukan koordinasi intens antar kru dan pengatur lalu lintas udara.
“Yang mengejutkan adalah fakta bahwa Boeing 787, pesawat modern dengan reputasi keselamatan tinggi, bisa terlibat dalam kecelakaan di fase paling awal penerbangan,” kata Macheras dikutip dari Al Jazeera. Ia menambahkan bahwa unit 787 yang digunakan oleh Air India telah beroperasi selama 11 tahun dan menjadi bagian dari armada global lebih dari 1.100 pesawat.
Anomali Aerodinamika: Flap Sayap Tidak Berfungsi Normal?
Analisis visual dari foto-foto awal lokasi kecelakaan juga menimbulkan pertanyaan tambahan. John M. Cox, CEO Safety Operating Systems dan mantan penyelidik kecelakaan penerbangan AS, menyatakan bahwa gambar dari belakang pesawat memperlihatkan flap trailing edge tidak berada pada posisi ideal untuk lepas landas.
“Jika flap tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka daya angkat bisa terganggu. Itu bisa menjelaskan mengapa hidung pesawat terlihat naik, tapi pesawat tetap kehilangan ketinggian,” kata Cox.
Senada, Nagarjun Dwarakanth, pilot dan editor penerbangan, menyebutkan bahwa kombinasi roda yang masih turun dan flap yang ditarik terlalu cepat dapat menyebabkan pesawat kehilangan gaya angkat, meningkatkan risiko stall di ketinggian rendah.
Investigasi Menyeluruh oleh Otoritas India Pakar Soroti Kejanggalan Teknis
Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB) saat ini tengah memeriksa perekam data penerbangan (Flight Data Recorder) dan perekam suara kokpit (Cockpit Voice Recorder) untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai kejadian dalam kokpit sebelum kecelakaan. Selain itu, investigasi juga menyasar aspek komunikasi antara kru dan menara pengawas lalu lintas udara untuk mendalami koordinasi selama fase kritis tersebut.
Anthony Brickhouse, konsultan keselamatan udara dari Amerika Serikat, menambahkan bahwa postur pesawat yang seolah-olah sedang bersiap mendarat, bukan naik, menunjukkan bahwa insiden ini bisa melibatkan lebih dari satu kegagalan teknis.
“Ini bisa jadi kombinasi kegagalan sistem, atau upaya kru yang melakukan konfigurasi darurat akibat kerusakan di udara,” ujarnya.
Implikasi Luas bagi Armada Boeing 787
Meski terlalu dini untuk menarik kesimpulan pasti, para pakar penerbangan menyatakan bahwa hasil investigasi nantinya tidak hanya penting untuk mengungkap tragedi ini, tapi juga untuk menentukan apakah ada potensi risiko sistemik pada pesawat Boeing 787 yang saat ini digunakan oleh berbagai maskapai global.
Pihak Air India telah menyampaikan belasungkawa dan menyatakan komitmennya untuk bekerja sama penuh dalam investigasi yang sedang berjalan. Kejadian ini merupakan salah satu kecelakaan penerbangan paling mematikan dalam sejarah India dalam dua dekade terakhir.
Post Comment